JSON Variables

Dampak Resesi Terhadap Ekonomi Selandia Baru, Analisis dan Harapan Pemulihan

 


Selandia Baru, Kamis 19 Desember 2024 (Akurat, Berisi dan Berimbang) Selandia Baru baru-baru ini mengumumkan bahwa negara tersebut mengalami resesi pada kuartal ketiga tahun 2024. Pengumuman ini, yang disampaikan pada 19 Desember, memicu kejatuhan mata uang dan meningkatnya ketegangan antara pemerintah dan oposisi. Dalam konteks ini, penting untuk memahami apa yang terjadi di balik angka-angka ekonomi dan dampaknya terhadap masyarakat.

Definisi dan Kondisi Ekonomi

Resesi didefinisikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang berkepanjangan, biasanya diukur melalui penurunan produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Data terbaru menunjukkan bahwa PDB Selandia Baru mengalami penurunan sebesar 1,0% pada Juli-September 2024, yang jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kontraksi sebesar 0,2%.

Penurunan ini mengikuti kontraksi sebesar 1,1% pada kuartal kedua 2024, menjadikannya periode enam bulan terlemah sejak 1991. Menurut laporan Kiwibank, pelemahan ini terlihat di hampir semua sektor industri, menunjukkan dampak yang meluas terhadap perekonomian.

Penyebab Resesi

Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi pada resesi ini. Inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menurun, sementara kebijakan pemerintah seperti pemotongan anggaran pun diakui oleh Menteri Keuangan Nicola Willis berkontribusi pada pertumbuhan yang terhambat.

Partai Buruh yang sedang beroposisi menuduh pemerintah saat ini sebagai penyebab utama resesi, menegaskan bahwa pemotongan anggaran telah memperburuk situasi ekonomi. Mereka berpandangan bahwa langkah-langkah penghematan yang diambil pemerintah tidak hanya mengurangi belanja publik tetapi juga menghambat pertumbuhan investasi dan lapangan kerja.

Dampak Sektor-sektor Ekonomi

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa beberapa sektor menghadapi tekanan yang signifikan. Sektor manufaktur mencatat penurunan sebesar 2,6%, diikuti oleh layanan bisnis (-1,5%) dan konstruksi (-2,8%). Meskipun demikian, sektor-sektor tertentu, seperti layanan penyewaan, perekrutan, dan real estat, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan, menunjukkan pertumbuhan positif yang masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 1,0% dan 1,4% pada kuartal yang sama.

Peluang Pemulihan

Meskipun kondisi kini tampak suram, manten Menteri Keuangan optimis akan adanya pemulihan. Willis percaya perekonomian dapat mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada kuartal berikutnya, dan bahkan bertumbuh lebih kuat pada tahun 2025. Dukungan dari pemotongan suku bunga yang direncanakan diharapkan dapat memberikan kelegaan kepada pelaku ekonomi dan mendorong pertumbuhan kembali.




(RED)
أحدث أقدم

Facebook