Surabaya, 23 Maret 2025 - Di tengah meningkatnya permasalahan lingkungan akibat penggunaan plastik yang masif, Profesor Dr. Hendro Juwono MSi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah melakukan penelitian yang menawarkan solusi inovatif. Fokus utamanya adalah pengolahan limbah plastik menjadi biofuel, yang tidak hanya mengurangi dampak plastik terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan alternatif energi baru.
Masalah Lingkungan Plastik
Dengan plastik yang merupakan turunan dari bahan tak terbarukan, pengelolaannya menjadi tantangan besar. Plastik memiliki kesamaan dengan senyawa bahan bakar seperti minyak bumi, sehingga pemanfaatan ulang limbah plastik untuk energi menjadi sebuah peluang yang menjanjikan. Dalam konteks ini, riset Prof. Hendro memanfaatkan metode pirolisis untuk mengurai polimer plastik yang dapat terdegradasi.
Metode Penelitian
Selama penelitian, plastik diolah dan diuji untuk mendapatkan nilai Research Octane Number (RON). Hasil dari uji tersebut sangat mengesankan: nilai RON mencapai 98 hingga 102, yang berarti kualitasnya lebih baik dibandingkan bahan bakar umum seperti Pertamax. "Angka RON yang muncul menunjukkan kualitas lebih bagus daripada bahan bakar yang sekarang beredar di masyarakat," ungkap Prof. Hendro.
Kendala dan Solusi
Meskipun hasilnya menjanjikan, proses konversi limbah plastik menjadi gasoline memiliki tantangan tersendiri. Suhu yang dibutuhkan mencapai 400 derajat Celsius, yang memerlukan pasokan listrik cukup besar. Untuk mengatasi masalah ini, Prof. Hendro mencampurkan limbah plastik dengan biomassa seperti minyak nyamplung, crude palm oil (CPO), atau waste cooking oil (WCO). Proses ini hanya memerlukan suhu 250 derajat Celsius, sehingga biaya dan sumber daya menjadi lebih efisien.
Hasil dan Harapan
Dengan mencampur biomassa dan limbah plastik, suhu yang diperlukan untuk proses biofuel dapat diturunkan menjadi 300 derajat Celsius. Ini merupakan langkah yang siginifikan dalam mengurangi biaya dan menjadikan bahan lebih mudah didapat. Penelitian ini juga dikemukakan dalam orasi ilmiah saat pengukuhan Prof. Hendro sebagai Profesor ITS. Ia berharap bahwa penelitian ini dapat mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7 dan 12 serta memberikan solusi bagi permasalahan lingkungan dan energi.
"Penelitian ini memerlukan kesabaran dan waktu yang cukup lama," pungkasnya, menegaskan bahwa dampak dari inovasi ini akan terasa seiring berjalannya waktu.
(RED)